Maritim yang Masih Hidup di Nusantara

Tradisi Maritim yang Masih Hidup di Nusantara

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17 ribu pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Kondisi geografis ini menjadikan laut sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat nusantara sejak dahulu kala. Tidak hanya sebagai jalur perdagangan dan sumber penghidupan, laut juga melahirkan berbagai tradisi maritim yang hingga kini masih hidup dan dilestarikan.

Salah satu tradisi maritim yang masih lestari adalah Sasi Laut di Maluku dan Papua. Tradisi ini berupa aturan adat yang melarang masyarakat mengambil hasil laut pada waktu tertentu untuk menjaga kelestarian ekosistem. Saat sasi dibuka, masyarakat baru boleh menangkap ikan atau mengumpulkan hasil laut. Sistem ini menunjukkan betapa bijaknya kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

Di Sulawesi, kita mengenal tradisi Phinisi, yaitu pembuatan kapal tradisional oleh suku Bugis dan Makassar. Kapal phinisi yang dibuat dengan teknik turun-temurun ini sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Hingga kini, phinisi masih digunakan untuk berlayar, baik sebagai kapal wisata maupun pengangkut barang, sekaligus simbol kejayaan maritim Indonesia.

Beralih ke pesisir Jawa, ada tradisi Larung Sesaji yang dilakukan oleh nelayan di Pantai Selatan. Mereka melarung hasil bumi atau kepala kerbau ke laut sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan saat melaut. Tradisi serupa juga ada di berbagai daerah pesisir lain, meski dengan nama dan bentuk yang berbeda.

Di Nusa Tenggara Timur, terdapat Tradisi Pasola di Sumba, yaitu pertempuran adat dengan menunggang kuda yang biasanya dilakukan di dekat pantai. Pasola bukan hanya permainan perang, tetapi juga ritual maritim yang berkaitan dengan musim panen dan hubungan masyarakat dengan laut.

Selain itu, masih ada tradisi Bau Nyale di Lombok, di mana masyarakat beramai-ramai menangkap cacing laut (nyale) yang muncul setahun sekali. Tradisi ini dikaitkan dengan legenda Putri Mandalika dan menjadi pesta budaya sekaligus wujud kedekatan masyarakat dengan laut.

Tradisi-tradisi tersebut menunjukkan bahwa kehidupan maritim nusantara tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga menyatu dengan budaya, spiritualitas, dan identitas masyarakat. Hingga kini, tradisi maritim masih menjadi bukti nyata bahwa laut adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia.

By admin

Related Post